Kamis, 19 Mei 2016

Ilmu Pendidikan Dalam Islam

  • Definisi Ilmu Pendididkan dalam Islam
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan islam. Islam adalah nama agama yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Quran dan hadist serta akal. Jika demikian, maka ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang Al-Quran, hadist dan akal.
  • Tujuan umum pendidikan islam
Menurut Al- Syaibani, misalnya menjabarkan tujuan pendidikan islam menjadi:
  1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
  2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
  3. Tujua profesionel yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut Al-Abrasyia merinci tujuan tujuan akhir pendidikan islam meliputi:
  1. Pembinaan akhlak
  2. Menyiapakn anak didik untuk hidup di dunia dan di akhirat
  3. Penguasaan ilmu
  4. Keterampilan bekerja dalam masyarakat
Bagi Asma Hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat dirinci sebagai berikut :
  1. Tujuan keagamaan
  2. Tujuan pengembangan akal dan ahklak
  3. Tujuan pengajaran kebudayaan
  4. Tujuan pembinaan kepribadian
Menurut Mursi sendiri menjabarkan tujuan pendidikan islam menjadi sebagai berikut :
  1. Bahagia di dunia dan di akhirat
  2. Menghabhkan diri kepada allah
  3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakt islam
  4. Akhlak mulia



  • Kurikulum dalam islam
Kata kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Dalam kamus, kurikulum diartikan dua macam :
  1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijasah tertentu.
  2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.

  • Isi kurikulum pendidikan dalam islam
Menurut Al- abrasyia :
  1. Tingkatan pemula
Materi kurikulum pemula difocuskan pada pembelajaran al quran dan as sunnah. Ibnu khaldun memandang bahwa al quran merupakan asal agama, sumber berbagai ilmu pengetahuan, dan pelaksana pendidikan islam. Disamping itu, mengingat isi al quran mencakup materi penanaman aqidah dan keimanan pada jiwa peserta didik, serta memuat akhlak mulia, dan pembinaan pribadi menuju perilaku yang positif.
  1. Tingkat atas
Kurikulum tingkat ini mempunyai dua kualifikasi, pertama : ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dzatnya sendiri, seperti imu syariah yang mencakup fiqih, tafsir , hadist, ilmu kalam, ilmu bumi, dan ilmu filsafat. Kedua ; ilmu-ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain, dan bukan berkaitan dengan dzatnya sendiri. Misalnya ilmu bahasa, ilmu matemaika , dan ilmu logika.

  • Pendidik dalam pendidikan islam
Dalam pendidikan islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik
Pendidik terbagi dua, yaitu pendidik kodrat dan pendidik jabatan :
  1. Pendidik kodrat
Orang dewasa mempunyai tanggung jawab utama terhadap anak adalah orang tuanya. Orang tua disebut pendidik kodraty karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak. Namun, karena orang tua kurang memiliki kemampuan, waktu, dan sebagainya untuk memberikan pendidikan yang diperlukan anaknya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang dewasa lain untuk membingbingnya seperti guru.
  1. Pendidik jabatan
Pendidik disekolah, seperti guru, konselor, dan administrator disebut pendidik karena jabatan. Sebutan ini disebabkan mereka ditugaskan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran disekolah, yaitu mentransformasikan ilmu dan kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta didik, khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidik jabatan adalah orang lain yang karena keahliannya ditugaskan mendidik guna melanjutkan pendidikan yang telah dilaksanakan oleh orang tua dala keluarga.

Kedudukan pendidik dalam islam
Pendidik adalah bapak ruhani bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam islam. Salah satu dalam hadist yang mengatakan bahwa “ jadilah engkau sebagai guru, atau pelejar, atau pendengar, atau pencinta, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga kamu menjadi rusak”. Bahwa pendidik merupakan pelita segala zaman, orang yang hidu[p semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab mandidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyyah dan ilahiyyah.

Epistemologi Irfani

  Epistemologi Irfani
Secara bahasa, kata irfan adalah bentuk mashdar dari kata ‘arafa yang berarti al-‘ilm (ilmu). Jika kata tersebut berposisi sebagai ilmu pengetahuan, maka dapat didefinisikan sebagai jenis pengetahuan yang tertinggi yang dihadirkan dalam kalbu melalui kasyf atau ilham.
Sebagai sebuah episteme, irfany telah dikenal dalam tradisi pemikiran arab yang merupakan wahana kaum sufi, bathiniyyin dan masyriqiyyin yang dikenal sebagai dengan sebutan ashab al-ma’rifah. Ia adalah bagian dari bangunan epistemologi Islam yang diidentikkan dengan ilmu hudhuri, isyraqi, atau intuitif.
Dalam perkembangannya telaah ‘irfany ketika diparalelkan dengan rasionalisme, menjerumus kepada aksentuasi yang beragam. ‘Irfany yang berkembang dalam ilmu kalam, lebih banyak menekankan pada intuisi dengan telaah dialektik dalalah-nya yang akhirnya menolak telaah filsafat. Sementara ‘irfani yang berkembang dalam fikih mengarah kepada telaah dialektik ‘illah-nya yang mendialektikkan antara kata dengan makna, dan ‘irfany yang berkembang dalam tafsir mengarah kepada epistemologi lughawiyah yang membuat telaah tekstual dengan menggunakan logika koherensi.
Dari ketiga telaah tersebut, bayany, burhany, dan irfany kelompok pertama dan terakhir inilah yang mendapat tempat dalam hasanah Islam. Hal ini dibuktikan dengan konflik panjang antara pemikiran kaum tekstualis (bayaniyyun) dengan ahli makrifat-mistis (‘irfaniyyun). Yang pertama berpegang teguh pada makna eksoteris wahyu agama yang tidak mengakui takwil kecuali dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh sistem bahasa. Sementara kelompok terakhir mengakui penyingkapan hakikat pengetahuan yang muncul pada mereka atau imam-imam mereka. Untukmendukung argumennya, tiap-tiap kelompok memanfaatkan warisan kebudayaan pra Islam (‘ilm al-awail). Kelompok pertama menggunakan logika dan filsafat Aristoteles dan beberapa aspek pemikiran Yunani, sementara kelompok terakhir memanfaatkan tradisi-tradisi pemikiran pra Islam khususnya filsafat agama Hermentisisme.
Dalam pembahasan epistemologi, secara garis besarterdapat dua aliran, yaitu rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme lebih menekankan akal dalam memperoleh pengetahuan, sementara empirisme lebih mengedepankan indra. Ada wilayah lain yang diasumsikan sebagai sumber pengetahuan, tetapi sering diabaikan yaitu intuisi yang merupakan pemahaman langsung terhadap sumber pengetahuan yang tidak melalui pikiran inderawi secara langsung.
‘Irfany merupakan bagian dari bangunan episteologi Islam, yang sering diidentikkan dengan hudhury, isyraqy atau pengetahuan intuitif. Ibnu Arabi mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi tiga: pertama ilmu pengetahuan melalui akal, kedua ilmu pengetahuan melalui ahawal/state (intuitif) dan ketiga ilmu pengetahuan melalui asrar (misteri ketuhanan). Pengetahuan yang ketiga ini pengetahuan yang berada di luar akal yang dilimpahkan oleh Tuhan ke dalam hati. Pengetahuan jenis ini khusus diberikan kepada para nabi dan wali, dan pengetahuan ini yang menjadi kajian irfany.
Sebagaimana temuan Al-Jabiri, ketiga pola pikir tersebut selalu mewarnai perjalanan sejarah masyarakat Islam. Dengan menggunakan kerangka ketiga pola pikir tersebut, karya ini mencoba memotret problematika pendidikan Islam.

Epistemologi Bayani

Rumpun Bayani
Bayani secara entimologis, mempunyai pengertian penjelasan, pernyataan, ketetapan. Sedangkan secara telminologis, bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nars, ijma’ dan ijtihad.
Dalam pandangan al-jabiri, secara historis sistem entimologi bayani merupkan sistem epistemogi yang paling awal muncul dalam pemikiran arab. Epistemologi ini dominan dalam bidang keilmuan pokok seperti filogi, yurisprodensi, ilmu hukum ( fiqih ), ulum Al-Qur’an ( interpretasi, hermeneutika dan eksegesis ), teologi dialektis (kalam) dn teori sastra nonfolosofis. Sistem ini muncul sebagai kombinasi dari berbagai aturan dan prosedur untuk menafsirkan sebuah wacana ( interpreting of discourse ) sekaligus menentukan berbagai prasyarat bagi pembentukan wacana. Konsepsi dasar dari sistem ini berupaya mengkombinasikan berbagai metode fiqih, dan dikembangkan Al-Syafii, dengan berbagai metode retorika, yang dikembangkan oleh Al-Jaiz. Konsepsi tersebut terpusat pada relasi antara ujaran dan makna, disamping tambahan prasyarat yang dilontarkan olek fuqaha dan teolog mutakhir, yaitu mengenai kepastian, analogi, materi subyek dari laporan , dan berbagai tingkat otentisitas. Pada level epistemologis, manusia dianggap sebagai makhluk yang diberkat dengan kapasitas bayaninya, berdasarkan nalar bawaan dan nalar yang diperoleh. Nalar bawaan sebagai pemberian Allah, sementara nalar yang diperoleh dari proses pembentukan adalah tindak lanjut dari proses perenungan yang ditentukan oleh otentisitas transmisi.
Menurut abid al jyabiri sumber epistemologi bayani adalah nas atau teks. Dengan kata lain, corak berpikir ini lebih mengandalkan pada otoritas tes, tidak hanya teks wahyu namun juga hasil pemikiran keagamaan yang ditulis oleh para ulama terdahulu.
Dalam berpikir bayani, akal berpikir sebagaai pengekan atau pengatur hawa nafsu. Dalam penalaran ini jenis argument yang dibuaat lebih bersifat dialektik (jadalia) dan al-uqul al-mutanasifah, sehingga cenderung defensif, apologetik, polemik, dan dokmatik. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh pola berpikir logika stoia, bukan logika aristoteles yang dijadikan sebagai tolak ukur kebenaran ilmu model bayani adalah adanya kesempaan atau kedekatan antara teks atau nas dengan realitas.
Dari tiga rumpun keilmuan menurut al-jabiri, yakni bayani, burhani, dan irfani, agaknya yang pertama yang mendominasi dalam tradisi keilmuan dilingkungn lembaga pendidikan Islam. Sebab, ada kecenderungan dijadikannya hasil pemikiran keagamaan yang ada diberbagai karya para fuqaha dan mutakallim sebagai pijakan utama, bahkan ada keengganan untuk tidak beranjak dari produk keilmuan tersebut sehingga cenderung kurang mampu menjawab dan memberikan alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan kontemporer.
Padahal, menurut Amin Abdullah ada kelemahan mencolok dari nalar epistemologi bayani, yaitu ketika ia harus berhadapan dengan teks – teks keagamaan yang dimemiliki oleh komunitas, kultur, bangsa atau masyarakat yang beragama lain.

BURHANY
Secara bahasa kata burhan berati argumentasi yang jelas dan terpilah untuk memperoeh kebenaran dan pengetahuan melaui proses berpikir. Ia sangat menekankan proses dan peranan analisis rasiona ( al-Qiyas al-Jami’) untuk memperoleh pengetahuan sekaligus sebagai suatu kebenarn.
Dalam istilah logika, burhany berarti aktivitas berpikir dalam rangka menetapkan kebenaran proposisi (qadyah) melalui metode penyimpulan (istintaj) dengn mengaitkan satu proposisi dengan proposisi lain yang diperoleh tanpa berpikir panjang yang kebenarannya terbukti secara aksiomatik. Sementara dalam pengertian umun, burhany dapat diartikan sebagai aktivitas pikiran untuk menerapkan proposisi melalui metode penyimpulan.
Metode burhany ini lahhir dalam alam pikiran Yunani yang dibawa oleh Aristoteles, yang disebut metode analisis (tahliliy) yakni metode yang menguraikan pengetahuan sampai ditemukan asal – usulnya. Ketika masuk dunia Arab Islam berganti nama burhany. Metode burhany mengalami perkembangan , ketika dunia Islam bersentuhan dengan filsafat Barat, yang melahirkan tokoh – tokoh seperti Al-Farabi(wafat pada 950),Ibnu Sina (wafat pada 1073), Ibnu Thufail (wafat 1185) dan lain – lain.

Jika ditelaah bayany berprinsip pada telaah teks dan otoritas wahyu, maka burhany memparalelkan dirinya dengan pola pikir empiril logik yang hanya menggunakan uji kebenaran empirik. Oleh karena itu, ia kurang mendapat kan tempat dalam telaah klasik.
Intelektual Islam yang ertama mengenalkan metode ini ke dunia Arab – Islam adalah Al-Kindi (833-842). Menurutnya, pengetahuan dan kebenaran adalah sesuai antara apa yang ada dalam akal dengan pa yang dapat ditangkap leh indra. Beda – benda itu adalah ‘ainiyah yang bersifat partikular, padahal yang lebih penting daam filafat adalah bukan yang juz’iyyah atau partikular tetapi yang mahiyah dan kulliyah, yang menyampaikan pada al-haq al-awwal.
Metode rasional burhany ini mulai dikenal setelah Al-Farabi, yang dikenal al-muallin al-tsani setelah Aristoteles. Al-Frabi menggunakan metode tersebut dan menempatkan sebagai metode yang paling unggul. Hanya dengan metode ini, manusia sangup menangkap arti, konsep dan bis berkomunikasi dengan Tuhan serta amampu menangkap inspirasi akal di luar kesadarannya. Akhirnya metode ini mendapat tempat dalam sistem pemikiran Islam yaitu pada masa Ibnu Rusyd (1126 – 1198 ) yang dijadikan landasan rasional di tengah dunia yang cenderung bayany dengan tidak memberlakukan qiyas yang selalu menjadikan teks masa lalu sebagai otoritas.
  1. Kontruksi Epistemologi Burhay
Dalam wacana Arab Islam telah berkembang klasifikasi ilmu yang secara umun terbagi mendadi dua yaitu ilmu naqliyah dan aqliyah, ilmu agama dengan ilmu bahasa, ilmu Arab dengan ilmu a’jam. Menurut Al-Jabiri, pemisah tersebut tidak tepat, dan upaya untuk melepaskan diri dari kesesatan diperlukan dekonstruksi , melacak ulang sejarah turats yang dihasilkan oleh epostemologi radisi Arab-Islam pada abad pertengahan.
Dalam pendekatan burhany ini tidak lepas dari konteks berikut : pertama, makna dan kata. Polemik antara makna dan kata membawa dampak yang luas dalam pemikiran epistemologi. Inti yang dipermasalahkan secara geologis adalah mana yang lebih dulu muncul antara keduanya. Kalangan burhaniyyun yang bertolak dari pola pikir filsafat, memandang bahwa hakikat sebanrnya adalah universal yang menempatkan makna pada posisi otoritas, sedangkan bahasa hanya sebagai penegasan dan ekspresinya. Jadi setiap burhany berpola pada nalar, dan nalar bermula dari proses abstrak yang bersifat akali terhadap telalitas sehingga muncul makna, dan makna butuh aktualisasi yang bisa dipahami dan dimengerti.
Kata adalah alat komunikasi dan saana berpikir, disamping sebagai simbol pernyataan makna. Secara struktual , proses yang dimaksud diatas adalah ; proses eksperimentasi yakni pengamatan terhadap realitas. Proses abstraksi yaitu terjadinya gambaran atas realita dalam pemikiran dan proses ekspresi , yaitu pengungkapan realitas yang dimaksud dalam kata – kata.
Kedua, silogisme demonstratif (qiyas burhany ). Silogisme berasal dari bahasa yunani sillogismos, bentukan dari kata sullegein yang berarti mengumpulkan, dan menunjukkan pada kelompok, perhitungan dan penarikan kesimpulan. Kata tersebur diterjemahkan dalam bahasa Arad menjadi qiyas dan tepatnya adalah qiyas jami’ yang karakternya mengumpulkan dua proposisi yang kemudian disebut premis, lalu dirumuskan hubungannya dengan bantuan terminus medius atau term tengah untuk menuju sebuah kesimpula yang meyakinkan. Aplikasi dari bentukan silogisme ini harus melewati tia tahapan, yaitu tahap pengertian (ma;qulat), tahap pernyataan (‘ibarat) dan tahap penalaran (tahlilat).
Tahap pengertian merupakan proses yang letaknya dalam pemikiran sehingga terjadi penganstraksian, yairu aktivitas berpikir atas relalitas hasil ari pengalaman , pengindraan dan penalaran untuk mendapatkan gambaran. Untuk mendapatkan satu pengertian , maka pembuatan ernyataan harus mempertimbangkan alfad al-khamsah yang disebut dengan lima konsep universal yang beridri dari spises (al-nau’), yakni konsep universal yang mengandung pengertian yang sama hakikatnya, genus (al-jins), yitu konsep universal yang mengandung satu persatu pengertian tetapi hakikatnya berbeda. Differensia (al-fashl) ,yaitu sifat yang membedakan secara mutlak, propium (al-khashsh) yang dimiliki oleh benda tetapi hilangnya sifat ini tidak akan menghilangkan eksistensi dan aradh (aksidensi) benda tersebut atau sifat umum yang bisa diterapkan pada semua benda.
Tahapan penalaran ini dilakukan dengan perangkat silogisme, dan silogisme harus terdiri dari dua proposisi yaitu premis mayor untuk premis yang pertama dan premis minoor untuk yang kedua, keduanya saling berhubungan dan darinya ditarik kesimpulan logis.
  1. Validitas Burhany
Dalam perspektif logika, kebenaran yang dihasilakn pola pikir burhany terdapat kedekatan dengan teori kebenaran koherensi atau konsistensi . dengan kata lain, kebenaran ditegakkan aaatas dasar hubungan antara putusan baru dengan putusan lain yang telah ada dan diakui kebenarannya, sehingga kebenaran identik dengan konsistensi , kecocokan dan saling berhubungan secara sistematis. Burhany dengan metode demostrasinya ikenal sebagai wahana para filsuf dan ahli pikir, karena itu mereka itu disebut dengan ashab al-aql wa al-Fikr.

Teori Kognitif Piaget

Teori kognitif piaget
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagimana anak objek social seperti diri, orang tua, dan teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan dan perbedaan, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek atau peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget juga memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif dalam menerima informasih. Walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasih yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.
Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan system syaraf, serta adaptasi pada lingkungan. Ia menggunakan lima istilah untuk menggambarkan dinamika perkembangan kognitif tersebut:
  1. Skema
Skema adalah proses atau cara mengorganisir dan merespon berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. Dalam diri bayi terlihat beberapa pola tingkah laku reflex yang terorganisir sehubungan dengan “pengetahuan” mengenai lingkungan. Misalnya gerakan refleks menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menghisap. Gerakan ini tidak terpengaruh oleh apa yang masuk ke mulut, apakah ibu jari, ataukah dot botol susu. Pola gerakan yang diperoleh sejak lahir inilah yang disebut dengan skema.
  1. Adaptasi
Adaptasi adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam prose perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa bayi manusia ketika dilahirkan telah dilengkapi dengan kebutuhan dan kemempuan untuk menyesuaiakn diri dengan lingkungannya. Adaptasi ini muncul dengan sendirinya ketika bayi tersebut mengadakan interaksi dengan dunia disekitarnya. Mereka akan belajar menyesuaikan diri dan mengatasinya, sehingga kemampuan mentalnya akan berkembang dengan sendirinya.
  1. Asimilasi
Asimilasi dari sudut biologi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif mencakup perubahan objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal. Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi tersebut dikelompokkan kedalam istilah-istilah yang sebelumnya sudah mereka ketahui. Misalnya seorang bayi yang menghisap dot botol susu, akan melakukan tindakan yang sama terhadap semua objek baru yang mereka temukan, seperti bola karet atau jempolnya. Perilaku bayi menghisap semua objek inilah memperlihatkan proses asimilasi. Jadi gerakan menghisap ibu jari sama dengan menghisap dot botol susu tadi.
  1. Akomodasi
Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi, kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehinggga ia dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya. Misalnya, bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah mengubah dot botol susu tadi menjadi ibu jari. Tindakan demikian disebut sebagai akomodasi.
  1. Ekuilibrium
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Ini berarti, ketika individu bereaksi terhadap lingkungan, dia menggabungkan stimulus dunia luar dengan struktur yang sudah ada, dan inilah asimilasi. Pada saat yang sama, ketika lingkungan bereaksi terhadap individu, dan individu mengubah supaya sesuai dengan stimulus dunia luar, maka inilah yang disebut akomodasi. Agar terjadi ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara bersama-sama.

Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini diringkas dalam table berikut:

Usia / Tahun
Tahap
Perilaku
Lahir – 2
Sensorimotor
  • Belajar melalui perasaan
  • Belajar melalui reflex
  • Memanipulasi bahan
2 – 7
Praoperasional
  • Ide berdasarkan persepsinya
  • Hanya dapat menfokuskan pada Satu
  • Variable pada satu waktu
7 – 11
Operasional konkret
  • Ide berdasarkan pemikiran
  • Membatasi pemikiran pada benda-benda dan kejadian yang akrab
11 atau lebih
Operasional formal
  • Berpikir secara konseptual
  • Berpikir secara hipotesis

Daftar pustaka : desmita, psikologi perkembangan, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013.
Pervin, Lawrence A, psikologi kepribadian : teori dan penelitian, Jakarta: KENCANA PRANADA MEDIA GROUP, 2004.

Ulumul Quran

Perkembangan ulumul quran
  1. Abad I dan II Hijriyah
Pada masa nabi, abu bakar, dan umar, Ulumul quran belum dibukukan. Namun, dengan merujuk pada definisi ulumul quran sebelumnya. Sesungguhnya pada masa ini, ia mulai tumbuh dan berkembang. Selanjutnya pada masa usman , penulisan Al-quran diseragamkan untuk menjaga persatuan umat islam. Yang dilakukan oleh utsman tersebut merupaakan rintisan bagi lahirnya ‘ilmu Al-Rasm Al-uutsmani.
Pada masa berikutnya, Abu Al-Aswad Al-Duali meletakkan dasar-dasar gramatikal alquran atas perintah Ali Ibn Abi Thalid untuk memproteksi pelafalannya. Hal ini karena pada masa ini ekspansi kerajaan islam menyebar ke berbagai daerah dan penduduk non-Arab sehingga semakin banyak yang memeluk agama islam. Pada saat itulah timbul keresahan dari Ali sehingga beliau member tuk merumuskan kaidah gramatikal bahasa Arab agar bahasa Alquran bisa dipahami secara sistematis. Masa ini disebut sebagai permulaan Ilmu I’rab Al-quran.
Pada saat Nabi telah wafat, para sahabat berpencar diberbagai Negara dan mereka mempunyai murid disetiap tempat tinggal yang baru. Gabungan dari tiga sumber diatas, yaitu penanfsiran Nabi, penafsiran sahabat, dan penafsiran para tabi’in dijadikan satu yaitu “ Tafsir Bi Al-ma’tsur”. Masa ini disebut periode pertama dan perkembangan Ilmu Tafsir al-quran.
Abad ke-2 Hijriyah dikenal dengan masa pembukuan khususnya dalam pembukuan Hadis dengan beragam babnya. Baik rujukan dari rasul, sahabat, maupun para tabi’in. para pelopor tafsir yang dikenal pada masa Ini salah satunya yaitu Yazid bin Harun Al-salami, dan Syu;bah bin Al-Hajjaj. Mereka menghimpun tafsir dengan menukil pendapat dari kalangan sahabat, dan tabi’in.

  1. Abad III dan IV Hijriyah
Beberapa cabang ‘ulumul quran pada abad ini mulai bertambah. Beberapa diantaran sebagai berikut.
  1. ‘Ilmu Asbab Al- Nuzul yang disusun oleh Ali ibn Al-Madiniy.
  2. Ilmu Al-Makki wa Al-Madani yang disusun oleh Muhammad ibn Ayyub Al-Dhirris.
  3. Ilmu Gharib Al-Quran yang disusun oleh Abu Bakar Al-Sijistani.
Selain itu, terdapat beberapa ulama yang menyusun beberapa kitab seputar ‘Ulumul Quran. Seperti :
  1. Muhammad Ibn Khalaf Al-Marzuhan yang menyusun kitab Al-Hawi fi ‘ulum Al-quran sebanyak 27 jus.
  2. Abu Hasan Al-Asy’ariy yang menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulum Al-Quran.
  3. Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad ibn Ali Al-Karakhi yang menyusun kitab Nakat Al-Daallah ala Al-Bayan fi Anwa’I Al- ulum wa Al-Ahkam Al-munbiah an ikhtilafi al-anam.

  1. Abad V dan VI Hijriyah
Pada masa ini cabang Ulumul Quran semakin bertambah, terutama dengan munculnya ilmu I’rab Al-Quran dan ilmu Mubhamat Al-quran. Adapun ulama yang berjasa dalam pengembanga UlumulnQuran pada masa ini adalah sebagai berikut :
  1. Ali ibn Ibrahim bin Said Al-Hufi. Selain memelopori Ilmu I’rab Al-Quran, dia juga menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum Al-quran yang terdiri dari 30 jilid. Kitab ini selain menafsirkan al-quran seluruhnya juga menerangkan ilmu-ilmu alquran yang berhubungan dengan ayat-ayat alquran yang ditafsirkan. Karena itu dalam kitab ini, ulumul quran diuraikan secara terpencar, tidak terkumpul dalam urutan bab, atau bisa disebut tidak tersusun secra sisitematis. Meskipun demikian, kitab ini adalah karya besar seorang ulama yang telah merintis penulisan kitab tentang ulumul quran.
  2. Abu Amr Al-Dani yang menyusun kitab Al-Taysir fi Qira’at Al-sab’I dan kitab Al- Muhkam fi Al-Nuqat.
  3. Abu Al-Qasim ibn Abdirrahman Al-Suhaili yang menyusun kitab tentang Mubhamat Al-quran.

  1. Abad VII dan VIII Hijriyah
Pada masa ini ulumul quran mempunyai cabang baru, yaitu ilmu majaz al-quran dan tersusun pula ilmu qiraat. Berikut ini merupakan cabang-cabang ulumul quran yang muncul dan berkembang pada masa ini :
  1. Ilmu majaz Al-quran yang dipelopori oleh Ibn Abd Salam yang terkenal dengan nama Al-Izz.
  2. Ilmu Bada’I Al-quran yang disusun oleh Ibn Abi Al-Isba. Kitab tersebut membahas tentang keindahan bahasa dan kandungan al-quran.
  3. Ilmu Aqsam Al-quran yang disusun oleh Ibn Al-qayyim. Ilmu tersebut membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat didalam al-quran.
Selain itu, terdapat juga beberapa ulama yang menyusun kitab-kitab seputar ulumul quran pada masa ini yaitu :
  1. Badruddin Al-Zarkasyi yang menyusun kitab Al-burhan fi ulum al-quran.
  2. Abu Syamah menyusun kitab Al-Mursyid Al-wajiz fi mayata’allaq bi Al-quran.

  1. Abad IX dan X Hijriyah
Pada abad IX dn permulaan abad X. karangan yang ditulis para ulam tentang Ulumul quran semakin banyak. Masa ini merupakan masa produktif dalam penulisan diskursus ulumul quran dan merupakan puncak kesempurnaan masa penulisan :
  1. Jalaluddin Al-Bulqini menyusun kitab Mawaqi. Al-Suyuthiy memendang Al-Bulqini sebagai ulama yang mempelopori penyusunan kitab ulumul quran yang lengkap, sebab didalamnya telah tersusun 50 macam ilmu-ilmu alquran.
  2. Al-Suyuthiy menyusun kitab Al-Tahbir fi Ulum al-tafsir. Penyusun kitab ini selesai pada tahun 872 H dan merupakan kitab ulumul quran yang paling lengkap karena memuat 102 macam ilmu al-quran. Namun Al- suyuthiy masih belum puas atas karya ilmiah tersebut sehingga kemudian dia menyusun kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Quran yang membahas sejumlah 80 macam ilmu Al-quran.

  1. Abad XIV Hijriyah
Setelah memasuki abad XIV H, penulisan al-quran dengan berbagai cabang ilmunya semakin berkembang lagi, antara lain :
  1. Muhammad Abdul Adhim Al-Zarqaniy yang menyusun kitab Mnahil Al-irfan fi Ulum Al-quran.
  2. Thanthawi Al-Jauhari yang mengarang kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Quran dan kitab Al-quran wa Ulum Al-Ashariyyah.
  3. Musthafa Al-Maraghi yang menyusun risalah tentang “boleh menerjemahkan al-quran”.
  4. Sayyid Quthb yang mengarang kitab Al-Tashwir Al-Fann fi Al-quran dan Fi Zhilal Al-quran,
  5. Muhammda Rasyid Ridha yang mengarang kitab Tafsir Al-quran Al-hakim. Kitab ini menafsirkan al-quran secara ilmiah dan juga membahas ulumul quran.

Tujuan Ulumul Al-quran
Tujuan mempelajari ulumul quran adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui hal-ihwal al-Quran sejak diturunkannya pertama kali pada rasulullah samapi sekarang.
  2. Untuk dijadikan sebagai alat bantu dalam membaca al-Quran, menghayati, memahami isi kandungannya, menggali hokum-hukum ajarannya serta mengambil hikmah dan rahasia didalamnya.
  3. Untuk dijadikan senjata guna melawan orang-orang yang mengingkari dan menentang al-quran.


Kesimpulan
Dari semua uraian diatas, bisa kita simpulkan bahwa pertama kali istilah ‘ulumul quran digunakan dan dirintis oleh Ibn Al-Marzuban pada abad III. Dilanjutkan oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn Sai’d Al-hufi pada abad ke V. kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzy pada abad VI dan diteruskan oleh Al-sakhawi pada abad VII. Selanjutnya disempurnakan oleh Al-Zrkasyi pada abad VIII dan ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini Dn Al-Kafiyaji. Hingga akhirnya disempurnakan lagi oleh Al-Suyuthiy pada abad IX dan awal abad XIII. Dan berkembang pesat pada abad XIV.


Refrensi
Hermawan Acep. 2013. “Ulumul Quran Ilmu untuk memahami wahyu”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gufron Muhammad, Rahmawati. 2013. “Ulumul Quran Praktis dan Mudah”. Yogyakarta: Teras Perum Polri Gowok.




Jarak, Massa, Gravitasi, dan Hukum Kepler

Makalah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dengan dosen pengampuh Thaqibul Fikri Niyartama, M.Si.)




Oleh
  1. Farchan Oktavian Pribadi (15690016)
  2. Yusri (15690017)
  3. Januariyanto Syahputra (15690028)
  4. Syafi’ Fahmi Bastian (15690044)



PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Maret, 2016



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit — seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak — dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Cina, India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop. Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.
Dalam makalah kali ini kita akan membahas tentang ilmu yang ada dalam astronomi namun disini kami akan membahas tentang gravitasi massa jarak dan hukum kepler tentang pergerakan. Maka dari itu ingin lebih lanjut tau mengenai gravitasi jarak massa dan hukum kepler akan dibahas pada pembahasan makalah ini
  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana teori mengenai gravitasi dalam prspektif para ahli dan islam ?
  2. Bagaimana penjelasan mengenai massa dan berat beserta kaitanya dalam gravitasi ?
  3. Bagaimana penjelasan mengenai jarak dan kaitanya dalam gravitasi ?
  4. Bagaimana bunyi dan penjelasan mengenai hukum kepler ?
BAB II
PEMBAHASAAN
  1. Gravitasi
  1. Pengertian umum graviatasi
Pergerakan segala partikel/benda pada kehidupan di alam semesta ini dipengaruhi oleh hukum-hukum yang berbeda perspektifnya. Hukum gravitasi adalah salah satu hukum yang membahas tentang salah satu hukum tersebut. dalam kamus bahasa inggris gravitasi secara istilah adalah:
movement, or a tendency to move, toward a center of attractive force, as in the falling of bodies to the earth”
Gerakan, atau kecenderungan untuk bergerak , menuju pusat kekuatan yang menarik, seperti dalam Jatuhnya partikel-partikel ke bumi. Sedangkan Dalam KBBI kata gravitasi adalah sebagai berikut:
Gravitasi/gra·vi·ta·si/ n Geo 1 kekuatan (gaya) tarik bumi; 2 proses gaya tarik bumi; 3 gaya berat suatu benda;”
Jadi gravitasi dapat diartikan suatu gerakan partikel-partikel yang disebabkan oleh gaya yang saling tarik-menarik menuju inti partikel
  1. Gravitasi menurut hukum Newton
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang memiliki massa di alam semesta. Gravitasi matahari yang dihasilkan benda-benda langit dalam setiap orbit mengelilingi matahari. Fisika modern menjelaskan gravitasi menggunakan Teori Einstein Relativitas Umum, tapi Hukum gravitasi universal Newton yang lebih mendekati sederhana cukup akurat dalam kebanyakan kasus.
Hakikatnya setiap partikel bermassa selain mempunyai sifat lembam juga mempunyai sifat menarik partikel bermassa yang lain. Gaya tarik antara partikel-partikel bermassa tersebut disebut dengan gaya gravitasi.Pada tahun 1666, Newton melihat sebutir buah apel jatuh dari pohonnyake tanah. Peristiwa tersebut timbul pemikiran dari Newton bahwa kekuatangravitasi yang menarik buah apel ke tanah.
Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya “antarabenda satu dengan benda yang lain, antara planet dengan planet atau antaramatahari dengan planet terjadi gaya tarik-menarik yang disebut dengan gayagravitasi atau disebut juga gaya gravitasi semesta”. Untuk itu perhatikanuraian berikut!








Gambar di atas melukiskan dua benda yang bermassa m1 dan m2 mempunyai jarak antara pusat massanya = R. Kedua benda saling tarik-menarik dengan gaya gravitasi (F) yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing. benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat massanya.
F : Gaya Gravitasi (N)
G : konstanta gravitasi (6,77 x 10-11 N)
m : massa benda (kg)
R : jarak kedua partikel (m)
  1. Gravitasi menurut perspektif Einstein
Relativitas umum (bahasa Inggrisgeneral relativity) adalah sebuah teori geometri mengenai gravitasi yang diperkenalkan oleh Albert Einstein pada 1916. Teori ini merupakan penjelasan gravitasi termutakhir dalam fisika modern. Ia menyatukan teori Einstein sebelumnya, relativitas khusus, dengan hukum gravitasi Newton. Hal ini dilakukan dengan melihat gravitasi bukan sebagai gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan ruang dan waktu. Utamanya, kelengkungan ruang waktu berhubungan langsung dengan momentum empat (energi massa dan momentum linear) dari materi atau radiasi apa saja yang ada. Hubungan ini digambarkan oleh persamaan medan Einstein.
Banyak prediksi relativitas umum yang berbeda dengan prediksi fisika klasik, utamanya prediksi mengenai berjalannya waktu, geometri ruang, gerak benda pada jatuh bebas, dan perambatan cahaya. Contoh perbedaan ini meliputi dilasi waktu gravitasional,geseran merah gravitasional cahaya, dan tunda waktu gravitasional. Prediksi-prediksi relativitas umum telah dikonfirmasikan dalam semua percobaan dan pengamatan fisika. Walaupun relativitas umum bukanlah satu-satunya teori relativistik gravitasi, ia merupakan teori paling sederhana yang konsisten dengan data eksperimen. Namun, masih terdapat banyak pertanyaan yang belum terjawab. Secara mendasar, terdapat pertanyaan bagaimanakah relativitas umum ini dapat digabungkan dengan hukum-hukum fisika kuantum untuk menciptakan teori gravitasi kuantum yang lengkap dan swa-konsisten.
Teori Einstein memiliki implikasi astrofisika yang penting. Teori ini memprediksikan adanya keberadaan daerah lubang hitam yang mana ruang dan waktu terdistorsi sedemikiannya tiada satu pun, bahkan cahaya pun, yang dapat lolos darinya. Terdapat bukti bahwa lubang hitam bintang dan jenis-jenis lubang hitam lainnya yang lebih besar bertanggungjawab terhadap radiasi kuat yang dipancarkan oleh objek-objek astronomi tertentu, seperti inti galaksi aktif dan miktrokuasar. Melengkungnya cahaya oleh gravitasi dapat menyebabkan fenomena pelensaan gravitasi. Relativitas umum juga memprediksikan keberadaan gelombang gravitasi. Keberadaan gelombang ini telah diukur secara tidak langsung, dan terdapat pula beberapa usaha yang dilakukan untuk mengukurnya secara langsung. Selain itu, relativitas umum adalah dasar dari model kosmologis untuk alam semesta yang terus berkembang.
Dasar dari mekanika klasik adalah gagasan bahwa gerak benda dapat dideskripsikan sebagai kombinasi gerak bebas (atau gerak inersia) dengan penyimpangan dari gerak bebas ini. Penyimpangan ini disebabkan oleh gaya-gaya luar yang bekerja pada benda sesuai dengan hukum kedua Newton, yang menyatakan bahwa total keseluruhan gaya yang bekerja pada sebuah benda adalah sama dengan massa (inersia) benda tersebut dikalikan dengan percepatannya. Gerak inersia yang dihasilkan berhubungan dengan geometri ruang dan waktu, yakni dalam standar kerangka acuan mekanika klasik, benda yang berada dalam keadaan jatuh bebas bergerak searah garis lurus dengan kecepatan konstan. Dalam bahasa fisika modern, lintasan benda bersifat geodesik, yaitugaris dunia yang lurus dalam ruang waktu.
    1. Bola yang jatuh menuju lantai roket yang dipercepat (kiri) dan bola yang jatuh menuju Bumi (kanan)
Sebaliknya, seseorang dapat mengharapkan bahwa seketika berhasil diidentifikasi dengan memantau gerak benda sebenarnya dan mempertimbangkan gaya-gaya luar (seperti gaya elektromagnetik dan gesekan), gerak inersia dapat digunakan untuk menentukan geometri ruang dan juga waktu. Namun, akan terdapat ambiguitas ketika gravitasi diperhitungkan ke dalamnya. Menurut hukum gravitasi Newton, terdapat apa yang disebut sebagai universalitas jatuh bebas, yaitu bahwa lintasan suatu benda yang jatuh bebas bergantung hanya pada posisi dan kecepatan awalnya, dan bukannya bergantung pada sifat-sifat bahan penyusunnya.[4] Versi yang lebih sederhana dapat dilihat pada percobaan elevator Einstein, yang digambarkan pada gambar di samping. Untuk seorang pengamat dalam ruang tertutup yang kecil, adalah tidak mungkin untuk menentukan apakah ruang itu berada dalam keadaan diam dalam suatu medan gravitasi ataukah ia berada di dalam roket yang dipercepat hanya dengan memetakan lintasan bola jatuh tersebut.
Disebabkan oleh universalitas jatuh bebas, tiada perbedaan terpantau yang dapat dipantau antara gerak inersial dengan gerak yang berada di bawah pengaruh gaya gravitasi. Ini kemudian mengarahkan kita pada suatu definisi gerak inersia yang baru, yaitu gerak inersia objek jatuh bebas yang berada di bawah pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerak ini juga menentukan geometri ruang dan waktu. Gerak ini adalah gerak geodesik yang diasosiasikan dengan koneksi tertentu yang bergantung pada gradien potensial gravitasi. Ruang, dalam konstruksi ini, masih memiliki geometri Euklides yang seperti biasanya, namun ruang waktu secara keseluruhan menjadi lebih rumit. Seperti yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan eksperimen pemikiran sederhana yang menelurusi lintasan partikel-partikel pengujian yang sedang jatuh bebas, hasil dari pemasukan vektor-vektor ruang waktu yang menandakan kecepatan suatu partikel akan bervariasi sesuai dengan lintasan partikel. Secara matematis, kita katakan bahwa koneksi Newton tidaklah terintegralkan. Dari hal ini, seseorang dapat mendeduksi bahwa ruang waktu adalah melengkung. Akibatnya adalah perumusan geometri gravitasi Newton yang hanya menggunakan konsep kovarian.Dalam deskripsi geometri ini, efek pasang surut - yaitu percepatan relatif benda yang jatuh bebas - berhubungan dengan turunan koneksi, menunjukkan bagaiman geometri yang dimodifikasikan ini diakibatkan oleh keberadaan massa.
  1. Gravitasi dalam perspektif islam
Al-Qur’an merupakan landasan atau petunjuk utama bagi umat manusia terlebih khusus bagi umat islam, al-Qur’an juga dapat dikatakan sebagai mukjizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad S.A.W yang amat dicitai oleh umat muslimin yang mana di dalam al-Qur’an itu sendiri sangat banyak terkandung ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu yang tampak maupun tidak nampak. Al-Qur’an juga memang sudah melebarkan ilmunya tentang segala hal, mengenai bab ini jagat raya juga termasuk. Karena, al-Qur’an juga dapat dijadikan petunjuk ilmu pengetahuan yang dapat menerobos batasan penghalang dari ilmu pengetahuan. Alam semesta yang luas ini merupakan ciptaan Allah dan al-Qur’an mengajak kita untuk menelaah ilmu pengetahuan yang ada dalam alam semesta ini. Walaupun orang sering mempertentangkan antara ilmu pengetahuan dan doktrin agama, termasuk agama islam. Dalam perspektif islam gravitasi juga sudah dikaitkan dalam kitab suci al-Qur’an.
  • Bukti adanya gaya gravitasi dalam al-Qur’an :
Dan dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya beredar di dalam garis edarnya.”(QS. Al-Anbiya’ [21] : 33)
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa serta Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah sehingga setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir, kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malampun tidak dapat mendahuli siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin [36]: 38 - 40)
  • Akibat tidak adanya gaya gravitasi :
Sebagaimana beberapa Surat yang lain, Surat Az-Zalzalah ini pun membayangkan keadaan yang akan dihadapi kelak ketika hari mulai kiamat. “Apabila telah digempakan bumi itu segempa-gempanya.” (ayat 1). Dengan diujungi “segempa-gempanya”, atau sehebat-hebatnya, dapatlah kita fahamkan bahwa gempa itu bukanlah lagi gempa setumpak, melainkan seluruh permukaan bumi. Bukan lagi karena letusan sebuah gunung, melainkan bumi itu seluruhnya atau kesebuahannya telah tergoncang dari falak tempat jalannya. “Dan mengeluarkan bumi itu akan segala isi-isinya.” (ayat 2). Ini pun menambah lagi pengertian kita atas kuat dan hebatnya gempa besar itu, sehingga goncangan bumi yang sedemikian hebat, menjadikan bumi laksana dihindang dan dihayunkan, sehingga segala isi yang tersimpan di sebalik bumi itu terbongkar keluar, tidak ada lagi yang tersembunyi, sampai pun tulang-tulang manusia yang beratus ribu tahun telah terkubur dibalik kulit bumi itu akan terbongkar keluar.
  • Fungsi dari adanya gravitasi :
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (14: 32)
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (14: 33)
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (14: 34)
Air hujan itu merupakan salah satu bentuk tentang gaya grafitasi dan sangat banyak sekali fungsi gaya gravitasi tersebut. Melanjutkan ayat sebelumnya tentang nikmat Allah di langit dan bumi, ayat ini mengatakan Allah memenuhi semua keperluan manusia. Manusia tidak mampu menghitung seluruh karunia Allah. Walaupun demikian manusia masih saja tidak bersyukur dan tidak mempergunakan nikmat tersebut di jalan yang benar. Maka telinga dan lidah yang dianugerahkan Allah sering kali dipergunakan di jalan yang tidak diridainya.


  1. Massa dan Berat
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen. Pengukuran ada beberapa macam alat yaitu: micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge dll. Dalam pengukuran juga kita akan mengukur yang namanya massa. Di dalam makalah ini kita akan membahas tentang massa tersebut dan apa perbedaan antara keduanya. Sebelum itu kita akan membahas yang namanya pengertian dari keduanya tersebut.
Massa adalah besaran yang menunjukkan ukuran kelembaman jumlah partikel yang dikandung zat. Massa suatu benda tidak akan berubah atau bersifat tetap di mana pun benda itu berada.
Berat adalah besaran yang menunjukkan ukuran percepatan gravitasi yang memengaruhi massa benda, berat suatu benda dapat berubah-ubah tergantung pada percepatan gravitasi di lingkungan beradanya benda tersebut.Mengenai perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Aspek
Massa
Berat
Pengertian
Jumlah partikel/materi suatu zat/benda
Massa yang dipengaruhi gravitasi
Nilai
Tetap/tidak berubah
Berubah sesuai gravitasi tempatnya berada
Satuan
kg(Kilogram)
N(Newton)
Besaran
Pokok dan skalar
Turunan dan vektor
Arah
Tidak memiliki arah
Memiliki arah
Alat ukur
Neraca
Neraca pegas/dinamometer


  1. Jarak
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Newton menyimpulkan, bahwa gaya gravitasi atau gaya tarik-menark dapat berlaku secara universal dan sebanding oleh massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda dapat dirumuskan sebagai berikut :
F = gaya tarik-menarik (N)
G = konstanta gravitasi
m = massa benda (Kg)
Jadi dapat dikatakan bahwa besar gaya gravitasi yang diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap kuadrat jaraknya dari pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
  1. Jarak bumi ke matahari
Jarak matahari ke bumi itu bervariasi karena adanya pergerakan bumi mengelilingi matahari. Jarak rata-rata matahari ke bumi sekitar 149,6 juta kilometer (1 AU) menurut Aristarchus sekitar 2.250 tahun yang lalu. Pada hukum kepler pertama “orbit setiap planet adalah elips dengan matahari sebagai focus dari keduanya”. Bahwasanya orbit planet bukanlah lingkaran melainkan elips maka aka nada suatu waktu dimana jarak antara bumi dan matahari mencapai pada titik orbit terjauh dan titik orbit terdekat. Oleh para astronom titik terjauh antara matahari dan bumi disebut sebagai Aphelion sedang titik terdekat antara bumi dan matahari disebut dengan Perihelion. Biasanya bumi menjauhi perihelion pada bulan januari hingga aphelion pada bulan juli.. jarak matahari ke bumi itu bervariasi karena adanya pergerakan bumi mengelilingi matahari.
Efek yang ditimbulkan dari dekatnya jarak antara bumi dengan matahari adalah cakram matahari dilangit akan tampak lebih besar daripada cakram matahari dihari-hari biasanya. Besarnya cakram atau piringan matahri ini hanya dapat diamati dengan menggunakan teleskop yang telah dilengkapi dengan filter matahri dan kamera untuk pencitraan.
  1. Jarak bumi ke bulan
Bulan merupakan salah satu satelit alami yang dimiliki oleh bumi dan dalam jajaran satelit alami di tatasurya ia adalah urutan ke-5 dari stelit alam yang terbesar.Seiring sang purnama bersinar dari bulan ke bulan tampak sesekali bulan lebih terang daripada bulan-bulan biasanya. Ini terjadi karena bulan memiliki jarak terdekat dan terjauh dengan bumi. Jarak terdekat dengan bumi  disebut perige dan jarak terjauh dengan bumi disebut apogee. Perige bulan dengan bumi sekitar 363.300Km dan apoge sekitar 405.500Km. Cahaya bulan bukan lah cahaya murni atau cahaya yang dihasilkan oleh bulan itu sendiri melainkan bulan hanyalah memantulkan cahaya yang berasal dari cahaya matahari. Berdasarkan hipparchus pada abad ke 2 masehi.
Untuk mempermudah kita dalam menentukan jarak bumi ke bulan dengan rumus : d = c∆t/2, dimana c adalah kecepatan cahaya, d adalah jarak bumi-bulan dan ∆t adalah waktu tempuh bolak balik laser tersebut. Kita bisa melakukan hal tersebut apabilah sudah mengetahui kecepatan cahaya.

  1. Hukum Kepler
Johannes Kepler (1571-1630) beserta aisten sekaligu penerus ahli astronomi Tycho Brahe (1546-1601) merupakan pelopor dari hukum kepler ini. Hukum kepler ini merupakan penjelasan atau penyempurnaan model hukum copernicus tentang orbit planet. Kepler merumuskan hukumnya secara empiris berdasarkan pengamatan-pengamatan pada pergerakan planet, yang dilakukan bersama Tycho brahe berdasarkan analisis data teloskop astronomi brahe. Untuk memahami hukum kepler ini perlu terlebih dahulu memperhatikan lintas orbit benda langit yang bentuknya secara umum ditanyakan dalam irisan kerucut. Hukum kepler yang membahas tentang pergerakan planet ketika melakukan revolusinya, yaitu pergerakan planet yang mengelilingi matahari. Tycho brahe melakukan penelitian untuk mengamati gerak planet selama bergerak mengelilingi pusat jagat raya yaitu matahari. Kepler merupakan seseorang matematikawan muda yang paling terkemuka pada zamannya. Pendapapat kepler mendukung teori heliosentris yang dikemukakan copernicus yang mana sebelumnya telah dijelaskan. Pendapat kepler tersebut kemudian dikenal dengan hukum kepler, yang mana terdapat tiga hukum. Dua hukum pertama semasa kepler hanya dapat membuktikan kebenaranya pada planet mars saja, sedangkan pada planet lain hasil-hasil pengamatan menunjukan kecocokan tetapi tidak membenarkannya secara pasti. Namun demikian tidak lama kedua hukum tersebut terbukti kebenarannya.
Hukum pertama kepler adalah hukum elip (1609), yang mana bunyi dari hukum kepler pertama ini. “semua planet bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan yang berbentuk elips, dengan matahari terletak disalah satu titik apinya”. 1
  1. Ilustrasi hukum kepler I
Untuk mengerti lebih dalam mengeni hukum kepler yang pertama ini adalah sebagai berikut dapat diambil point :
  1. Jarak antara planet dan matahari tidaklah tetap. Ada yang namanya jarak terdekat planet dengan matahari yang disebut perihelium, dan ada pula jarak terjauh matahari dengan planet yaitu aphelium.
  2. Matahri berguna sebagai penyeimbang antara semua orbit planet di tata surya.
Meski secara teknis elips yang tidak sama dengan lingkaran, tetapi sebagian besar planet planet mengikuti orbit yang bereksentrisitas rendah, jadi secara kasar bisa dikatakan mengaproksimasi lingkaran. Jadi, kalau dilihat dari pengamatan jalan edaran planet, tidak jelas kalau orbit sebuah planet adalah elips. Namun, dari bukti perhitungan Kepler, orbit-orbit itu adalah elips, yang juga memeperbolehkan benda-benda angkasa yang jauh dari Matahari untuk memiliki orbit elips. Benda-benda angkasa ini tentunya sudah banyak dicatat oleh ahli astronomi, seperti komet dan asteroid. Sebagai contoh, Pluto, yang diamati pada akhir tahun 1930, terutama terlambat diketemukan karena bentuk orbitnya yang sangat elips dan kecil ukurannya.
Persamaan elip dalam hukum kepler I adalah :


Hukum kedua kepler sendiri berbunyi. “luas sektor yang disapu planet dalam waktu yang sama adalah sama”. 2Hukum ini menyatakan kecepatan orbital tidak uniform. Hukum kepler II secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Akibatnya planet bergerak lebih cepat ketika planet tersebut berada dekat dengan matahari atau pada daerah perihelion dan kecepatannya akan berbanding terbalik ketika berada pada daerah aphelion.
1.2 Ilustrasi hukum kepler II
Sedangkan bunyi dari hukum kepler III adalah “Perbandingan antara kuadrat periode sideris (periode mengelilingan matahari) sebuah planet dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari matahari adalah tetap”. 3Secara matemati dapat kita tuliskan sebagai berikut :


Hukum kepler III ini menyatakan kaitan jarak planet dengan matahari dengan periode revolusi yang berkisar antara 88 hari untuk planet terdekat dengan merkurius sampai 248 tahun untuk planet terjauh yaitu pluto (ketika masih termasuk dalam anggota planet dalam tata surya). Jika bumi sebagai acuan, maka jarak bumi sampai matahari sebesar 150 x 106 km disebut sebagai SA (Satuan Astronomi) atau AU (Astromical Unit), dan revolusi bumi adalah 1 tahun. Maka, konstanta dari persamaan hukum kepler ini adalah 1 dan persamaannya akan menjadi :


Keterangan : d : jarak rata-rata plenet ke matahari (SA) dan T : periode revolusi (Tahun)
Hubungan antara jarak rata-rata planet ke matahari dan periode revolusinya dapat kita lihat dalam tabel berikut :
planet
jarak planet-matahari (SA)
periode revolusi planet
merkurius
0,39
88,00 hari
venus
0,72
225,0 hari
bumi
1,00
365,3 hari
mars
1,52
687,0 hari
jupiter
5,20
11,9 tahun
saturnus
9,54
29,5 tahun
uranus
19,19
84,0 tahun
neptunus
30,07
164,0 tahun
pluto
39,52
248,0 tahun
Tabel 1.1
Hukum kepler ini ternyata tidak hanya cocok untuk orbit planet yang mengelilingi matahari saja, tetapi juga untuk orbit satelit-satelit planet yang bergerak mengelilingi planet induknya, juga untuk orbit ganda. 4Oleh sebab itu, hukum kepler ketiga ini cocok untuk menentukan massa satelit sebuah planet atau sebuah bintang anggota pasangan bintang ganda. Contoh soal mengenai hukum kepler, lebih tepatnya hukum kepler III :
Waktu yang diperlukan oleh bumi untuk mengitari matahari adalah 1 tahun dan jarak rata-rata antara bumi dengan pusat tata surnya adalah 1,5 x 1011 m. Jika diketeahui ternyata periode orbit planet venus adalah 0,615 tahun, berapa jarak antara matahari dengan venus?
Jawaban :
Diketahui
Periode bumi = Tb = 1 tahun
Jarak matahari ke bumi Rm-b = 1,5 x 1011 m
Periode venus = Tv = 0,615 tahun
Ditanyakan
Rm-v = …?
Jawab







Jadi dengan menggunakan hukum kepler III didapat jawaban jarak antara matahari dan planet venus adalah 1,084 x 1011 m (lebih dekat dari pada bumi)










Daftar Pustaka
A Gunawan Atmiranto. 2009. Menjelajah Bintang Galaksi Dan Alam Semesta. IiiiiiiiiiiiiiYogyakarta: kanisius
A Gunawan Atmiranto. 2010. Menjelajah Tata Surya. Yogyakarta: kanisius.
D.fix, Jhon. 2006. Astronomy A Journey To The Cosmic Erontier Four Edition. New iiii York: Higher Education.
Prof.Dr.H. Bayong Tjasyono HK., DEA. 2006. Ilmu Kebumian Dan Antariksa. iiiiiiiiiiiiiiiiiBandung : PT Remaja Rosda Karya.
Sagan, Carl. 1997. Kosmos. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Suherman E. 2012. Intisari dan fisika lengkap. Bandung : PT Epsilon Grub.
Imam, Aang. Pengertian Dan Perbedaan Massa Dan Berat Dalam Ilmu Fisika. Diposting 05-11-2015. www.kuliahinfo/2015/11/Pengertian-Perbedaan-Massa-dan-Berat-Dalam-Fisika.html. diakses pada tanggal 28-03-2016.





1 A.gunawan Admiranto,menjelajah tata surya,kanisius,yogyakarta,2010,hal6.
2 Ibid.
3 Ibid.
4 A.gunawan Admiranto,menjelajah tata surya,kanisius,yogyakarta,2010,hal7.
v