Kamis, 19 Mei 2016

Epistemologi Irfani

  Epistemologi Irfani
Secara bahasa, kata irfan adalah bentuk mashdar dari kata ‘arafa yang berarti al-‘ilm (ilmu). Jika kata tersebut berposisi sebagai ilmu pengetahuan, maka dapat didefinisikan sebagai jenis pengetahuan yang tertinggi yang dihadirkan dalam kalbu melalui kasyf atau ilham.
Sebagai sebuah episteme, irfany telah dikenal dalam tradisi pemikiran arab yang merupakan wahana kaum sufi, bathiniyyin dan masyriqiyyin yang dikenal sebagai dengan sebutan ashab al-ma’rifah. Ia adalah bagian dari bangunan epistemologi Islam yang diidentikkan dengan ilmu hudhuri, isyraqi, atau intuitif.
Dalam perkembangannya telaah ‘irfany ketika diparalelkan dengan rasionalisme, menjerumus kepada aksentuasi yang beragam. ‘Irfany yang berkembang dalam ilmu kalam, lebih banyak menekankan pada intuisi dengan telaah dialektik dalalah-nya yang akhirnya menolak telaah filsafat. Sementara ‘irfani yang berkembang dalam fikih mengarah kepada telaah dialektik ‘illah-nya yang mendialektikkan antara kata dengan makna, dan ‘irfany yang berkembang dalam tafsir mengarah kepada epistemologi lughawiyah yang membuat telaah tekstual dengan menggunakan logika koherensi.
Dari ketiga telaah tersebut, bayany, burhany, dan irfany kelompok pertama dan terakhir inilah yang mendapat tempat dalam hasanah Islam. Hal ini dibuktikan dengan konflik panjang antara pemikiran kaum tekstualis (bayaniyyun) dengan ahli makrifat-mistis (‘irfaniyyun). Yang pertama berpegang teguh pada makna eksoteris wahyu agama yang tidak mengakui takwil kecuali dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh sistem bahasa. Sementara kelompok terakhir mengakui penyingkapan hakikat pengetahuan yang muncul pada mereka atau imam-imam mereka. Untukmendukung argumennya, tiap-tiap kelompok memanfaatkan warisan kebudayaan pra Islam (‘ilm al-awail). Kelompok pertama menggunakan logika dan filsafat Aristoteles dan beberapa aspek pemikiran Yunani, sementara kelompok terakhir memanfaatkan tradisi-tradisi pemikiran pra Islam khususnya filsafat agama Hermentisisme.
Dalam pembahasan epistemologi, secara garis besarterdapat dua aliran, yaitu rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme lebih menekankan akal dalam memperoleh pengetahuan, sementara empirisme lebih mengedepankan indra. Ada wilayah lain yang diasumsikan sebagai sumber pengetahuan, tetapi sering diabaikan yaitu intuisi yang merupakan pemahaman langsung terhadap sumber pengetahuan yang tidak melalui pikiran inderawi secara langsung.
‘Irfany merupakan bagian dari bangunan episteologi Islam, yang sering diidentikkan dengan hudhury, isyraqy atau pengetahuan intuitif. Ibnu Arabi mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi tiga: pertama ilmu pengetahuan melalui akal, kedua ilmu pengetahuan melalui ahawal/state (intuitif) dan ketiga ilmu pengetahuan melalui asrar (misteri ketuhanan). Pengetahuan yang ketiga ini pengetahuan yang berada di luar akal yang dilimpahkan oleh Tuhan ke dalam hati. Pengetahuan jenis ini khusus diberikan kepada para nabi dan wali, dan pengetahuan ini yang menjadi kajian irfany.
Sebagaimana temuan Al-Jabiri, ketiga pola pikir tersebut selalu mewarnai perjalanan sejarah masyarakat Islam. Dengan menggunakan kerangka ketiga pola pikir tersebut, karya ini mencoba memotret problematika pendidikan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar